(oleh : Joni Arisandi)
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat,
dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada
sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh
kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa
dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu
kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa,
tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya
sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa
itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan
pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat,
namun bukan berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu
dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah
perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
1. Peran Mahasiswa
Mahasiswa Sebagai “Iron
Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan
menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang
nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu
merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri
bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan
pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu
kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya
merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi
mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda sebagai generasi pengganti
tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai pengganti generasi yang sudah
rusak dan memiliki karakter mencintai dan dicintai, lemah lembut kepada orang
yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan generasi mudalah
perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi, kolonialisme, hingga
reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah kondisi bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron
Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita
dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun
kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah
terjadi di generasi-generasi sebelumnya.
Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan
lebih bagus dan mahal ?? Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri
yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah penggantian
dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat
manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.
1.2 Mahasiswa Sebagai
“Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value berarti mahasiswa berperan
sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu sekarang pertanyaannya adalah,
“Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk menjawab pertanyaan tersebut
kita harus melihat mahasiswa sebagai insan akademis yang selalu berpikir ilmiah
dalam mencari kebenaran. Kita harus memulainya dari hal tersebut karena bila
kita renungkan kembali sifat nilai yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak
kebenarannya sehingga mahasiswa diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus dijaga adalah sesuatu yang
bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Nilai itu
jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah bersumber dari suatu
dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria
sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah
nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut
merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang
Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran
berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan
selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang berkembang selama ini hanyalah
sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada sebelumya, atau menjaga nilai-nilai
kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan lain sebagainya. Hal itu tidaklah
salah, namun apakah sesederhana itu nilai yang harus mahasiswa jaga ? Lantas
apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan watak ilmu yang seharusnya dimiliki
oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya berpendapat bahwa Guardian of Value
adalah penyampai, dan penjaga nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai
tersebut diperoleh berdasarkan watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri.
Watak ilmu sendiri adalah selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya sebagai penjaga nilai-nilai yang
sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu bilamana terjadi sebuah pergeseran
nilai, dan nilai yang telah bergeser tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah
perimeter kebaikan di masyarakat, maka kita akan kesulitan dalam memandang arti
kebenaran nilai itu sendiri.
1.3 Mahasiswa Sebagai “Agent
of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm.. Artinya adalah
mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah kembali muncul,
“Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita
pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini jauh
sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit masyarakat
yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas hingga
bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah seharusnyalah
kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa kita harus
melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan harga mutlak
dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara tidak
sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya
perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita
anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah yang diberikan oleh Allah swt.
Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana dijelaskan bahwa suatu kaum harus
mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu keadaan yang lebih baik. Lalu
berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari
hari kemarin adalah orang yang beruntung, sedangkan orang yang hari ini tidak
lebih baik dari kemarin adalah orang yang merugi. Oleh karena itu betapa
pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi garda terdepan dalam melakukan
perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum yang “eksklusif”, hanya 5% dari
pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari jumlah itu
bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang peran-peran
mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang telah sadar tersebut
sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tidak boleh membiarkan
bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah. Merekalah yang seharusnya
melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari dua pandangan.
Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan bermasyarakat sangat
dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti teknologi, misalnya
kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin industri akan
menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan menciptakan
masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan selanjutnya
menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi
perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa mengakomodasi kedua
pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang diharapkan. Itu semua karena
kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan dan kenapa pula mahasiswa
harus menjadi garda terdepan dalam perubahan tersebut, lantas dalam melakukan
perubahan tersebut haruslah dibuat metode yang tidak tergesa-gesa, dimulai dari
ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri, lalu menyebar terus hingga akhirnya
sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan, yaitu bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar