TEMA
NASIONALISME
Disusun oleh :
Nama : Joni Arisandi
Jurusan : **********
BAB I
Pendahuluan
A.Judul
Memudarnya Kesadaran Mempertahankan Budaya Bangsa
B.Latar Belakang
Budaya merupakan ciri khas atau identitas
suatu bangsa sehingga budaya dapat mencerminkan jati diri bangsa,apabila budaya
itu hilang maka identitas suatu bangsa akan dipertanyakan dan kejadian ini
terjadi di Indonesia. berbagai budaya yang dari nenek moyang yang diturunkan
tidak dapat dipertahankan oleh pemerintah indonesia mengapa hal ini dapat
terjadi?? Bukankah Indonesia sudah merdeka selama 67tahun .Sebagai bangsa yang
berusia lumayan tua ini seharusnya hal seperti ini sudah tidak terjadi lagi
apabila pemerintah cepat mengambil tindakan untuk menghentikan aksi klaim dari
Negara lain.
C.Rumusan Masalah
1.bagaimanakah sikap kita sebagai mahasiswa menyikapi pudarnya kebanggan
terhadap
budaya Indonesia?
2.bagaimanakah cara membangkitkan kepedulian terhadap budaya Indonesia?
D.Tujuan
1.
Supaya Mahasiswa di Indonesia mengetahui bagaimana
menyikapi ketidakpedulian terhadap budaya yang diambil alih Negara lain.
2.
Supaya dapat membangkitkan kepedulian terhadap budaya
indonesi yang telah hilang.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Memudarnya
rasa kebanggaan bagi bangsa selama beberapa tahun belakangan ini sesungguhnya
disulut oleh menguatnya sentiment kedaerahan dan semangat primodialisme pasca
krisis.Suatu sikap yang sedikit banyak disebabkan oleh kekecewaan sebagian
besar anggota dan kelompok masyarakat bahwa kesepakatan bersama (contract
social) yang mengandung nilai-nilai seperti keadilan dan perikemanusiaan dan
musyawarah kerap hanya menjadi retorika kosong.
Pemberantasan korupsi terhadap para koruptor kelas kakap dan penegak hukum dan
keadilan yang sebenarnya sebagai sarana strategis untuk membangkitkan semangat
cinta tanah air dalam diri anak-anak bangsa, tetapi semuanya tampak bohong
belaka. Ini membuat generasi sekarang menjadi gamang terhadap bangsa dan
negaranya sendiri.Tidak mengherankan semangat solidaritas dan kebersamaan pun
terasa semakin hilang sejak beberapa dekade terakhir. Boleh jadi, penyebab dari
memudarnya rasa nasionalisme ini juga disebabkan oleh paradigma tentang bangsa
dan nasionalisme yang kita anut berjalan ditempat.
Padahal, perkembangan nasional dan global menurut paradigma yang disuaikan dari
waktu ke waktu sesuai dengan keadaan bangsa dan negara yang
berdaulat. Dari dalam itulah lahir kesadaran berbangsa dan bernegara
yang pada hakikatnya merupakan kesadaran politik yang normatif.Dari sini pula
kesadaran yang merupakan janin suatu ideologi yang disebut nasionalisme. Dalam
arti nasionalisme sebagai suatu paham yang mengakui kebenaran pikiran bahwa
setiap bangsa demi kejayaannya seharusnya bersatu bulat dalam suatu kehidupan
berbangsa dan bernegara.Dari nasionalisme ini lahirlah ide dan usaha perjuangan
untuk merealisasi Negara bangsa. Di Indonesia, ide dan usaha seperti ini
berkembang kuat pada tahun 1930-an dan memuncak pada tahun 1940-an.
Yang kemudian
menjadi problem dasar disini adalah apakah tegaknya suatu bangsa yang pada
hakikatnya merupakan suatu produk kesadaran politik bernegara itu dapat
dilakukan tanpa landasan kultur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?Pertanyaan
ini penting untuk dijawab, sebab tantangan yang paling berat bagi sebuah Negara
yang berdaulat sesungguhnya adalah bukan terutama pada sikap ekspansif dari
negara tetangga seperti Malaysia dalam kasus pulau Ambalat ini, tetapi lebih
pada faktor kultur atau pemeliharaan budaya, sikap hidup atau perilaku hidup
sehari-hari seperti bagaimana kita menciptakan keadilan, perikemanusiaan dan
lain-lain dalam bangsa dan Negara ini.
Selain itu, karena dalam era modern ini setiap bangsa semakin menghormati
kedaulatan bangsa lain. Meskipun dalam beberapa kasus di dunia ada Negara yang
masih kurang menghormati kedaulatan Negara lain.
Daftar sedikit
budaya Indonesia yang diambil Negara lain:
1. Alat musik Angklung oleh Pemerintah
Malaysia;
2. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh
Pemerintah Malaysia;
3. Lagu Rasa Sayang Sayange dari
Maluku oleh Pemerintah Malaysia;
4. Motif Batik Parang dari Yogyakarta
oleh Pemerintah Malaysia;
5. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur
oleh Pemerintah Malaysia;
Dan masih banyak lagi.
BAB III
Pembahasan
Dengan
memudarnya nasinalisme, yang terutama disebabkan oleh begitu tingginya
ketidak-adilan; korupsi yang merajalela dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM)
yang tidak diselesaikan secara tuntas lewat jalur hukum dan lain-lain maka
musuh bangsa yang paling utama sekarang adalah bukan penjajah, bukan sikap
ekspansif atau sikap agresor Negara tetangga, melainkan birokrasi yang korup,
ketidak-adilan dan/atau ketidakmerataan ekonomi dan politik, kemiskinan,
kekuasaan yang sewenang-wenang dan sebagainya.
Pemberantasan korupsi yang hanya retorika belaka, pelanggran HAM yang tidak
diselesaikan lewat jalur hukum hingga tuntas, ketidak-adilan antara pusat dan
daerah dan sebagainya harus segera diperhatikan secara serius.Nasionalisme
dengan munculnya gerakan perjuangan fisik melawan Malaysia misalnya, bila
Malaysia nekat menggangu kedaulatan RI dengan mengambil atau merampas pulau
Ambalat, merupakan sesuatu perilaku atau sikap yang sangat terpuji. Kita semua
jelas sangat mendukung setiap usaha TNI dan para sukarelawan yang berusaha
menjaga keutuhan kedaulatan Negara RI.
Tetapi, kita tidak bisa lengah sedikitpun untuk memerangi musuh bangsa kita
sendiri yang korup, menyalah-gunakan kekuasaan dan sebagainya.Karena
nasionalisme kita sekarang bukan berkaitan dengan penjajah, atau terutama
terhadap perilaku ekspansif atau agresor Negara tetangga, melainkan harus
dikaitkan dengan keinginan untuk memerangi semua bentuk penyelewengan,
ketidak-adilan, perlakuan yang melanggar HAM dan lai-lain. Artinya nasionalisme
saat ini adalah usaha untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan Negara dari
kehancuran akibat korupsi dan penyalah-gunaan kekuasaan.
Perilaku korup, menggelapkan uang negara, memanfaatkan segala fasilitas dalam
lingkup kekuasaannya demi memperkaya diri, perilaku sewenang-wenang dalam
menjalankan roda kekuasaan, tidak menghormati harkat dan martabat orang lain,
gemar menerima dan menyogok uang pelicin, uang semir, uang kopi dan sebagainya
adalah perilaku antinasionalisme yang harus diberantas.
Dan pahlawan era sekarang bukan saja mereka yang berani menumpas agresor atau
penjajah, tetapi juga mereka yang berkata tidak terhadap korupsi dan berbagai
bentuk penyalah-gunaan wewenang dan/atau kekuasaan itu. Pahlawan seperti ini
tidak kalah mulianya dengan pahlawan yang menang dari sebuah pertarungan fisik
melawan siapapun yang mencoba menggangu kedaulatan bangsa dan negara.
BAB IV
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian pada pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang harus menjadi
catatan kita kedepan adalah bagaimana menumbuh semangat nasionalisme cinta
tanah air dalam diri anak-anak bangsa. Adalah semangat untuk berperilaku jujur,
berdisiplin, tidak korup dan berani untuk melawan segala ketidak-adilan,
kesewenang-wenangan kekuasaan dan lain-lain, disamping semangat dan
keterampilan fisik seperti militer untuk menghadapi setiap kekuatan yang
menggangu kedaulatan Negara RI. Sebuah kekuatan dan harga diri bangsa bukan
terutama pada kekuatan angkatan bersenjata dengan seluruh persenjataan perang
yang canggih, melainkan juga atau bahkan yang pertama adalah pada masyarakat
bangsanya yang berkualitas dan bermartabat.
Daftar Pustaka
Ø
www.google.com
0 komentar:
Posting Komentar