Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah
Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang
penakluk Konstantinopel. Bah...kan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu.
Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam.
Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan
yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].
Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr
bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu;
Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan
lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah
berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih
dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)
Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan
al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan
sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa
hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut;
1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada
di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H
/ 1453 M, kota dengan Benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh
di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud
adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh
al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits
al-Shahihah.
Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah
Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini
belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan
pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka
Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15
abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma,
hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.
Kekaisaran Romawi terpecah dua, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani
Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul.
Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja meskipun dunia masih
tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great
memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan
strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu
Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan
dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia,
setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Constantinople yang kini
menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat konflik gereja
meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban.
Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai
ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat
sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan
Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan
dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu.
Yang
mengincar kota ini untuk dikuasai termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia,
Bulgar, Rusia, Khazar, Arab Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi
awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin
menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga
atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di
atas.
Sayangnya, prestasi yang satu itu, yaitu menaklukkan
kota kebanggaan bangsa Romawi, Konstantinopel, tidak pernah ada yang
mampu melakukannya. Tidak dari kalangan sahabat, tidak juga dari
kalangan tabi`in, tidak juga dari kalangan khilafah Bani Umayyah dan
Bani Abbasiyah.
Di masa sahabat, memang pasukan muslim sudah
sangat dekat dengan kota itu, bahkan salah satu anggota pasukannya
dikuburkan di seberang pantainya, yaitu Abu Ayyub Al-Anshari
radhiyallahuanhu. Tetapi tetap saja kota itu belum pernah jatuh ke
tangan umat Islam sampai 800 tahun lamanya.
Konstantinopel
memang sebuah kota yang sangat kuat, dan hanya sosok yang kuat pula yang
dapat menaklukkannya. Sepanjang sejarah kota itu menjadi kota pusat
peradaban barat, dimana Kaisar Heraklius bertahta. Kaisar Heraklius
adalah penguasa Romawi yang hidup di zaman Nabi SAW, bahkan pernah
menerima langsung surat ajakan masuk Islam dari beliau SAW.
Ajakan Nabi SAW kepada sang kaisar memang tidak lantas disambut dengan
masuk Islam. Kaisar dengan santun memang menolak masuk Islam, namun juga
tidak bermusuhan, atau setidaknya tidak mengajak kepada peperangan.
Biografi Singkat
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa
Turki Ottoman: م�*مد ثانى Mehmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga
dikenal sebagai el-Fatih (الفات�*), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki
Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki;
Sultan Muhammad II dilahirkan pada 29 Maret 1432 Masehi di Adrianapolis
(perbatasan Turki – Bulgaria). menaiki takhta ketika berusia 19 tahun
dan memerintah selama 30 tahun (1451 – 1481).
Lambang Kekhalifahan
Beliau merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan
Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan,
sains, matematika & menguasai 7 bahasa yaitu Bahasa Arab, Latin,
Yunani, Serbia, Turki, Persia dan Israil. Beliau tidak pernah
meninggalkan Shalat fardhu, Shalat Sunat Rawatib dan Shalat Tahajjud
sejak baligh. Beliau wafat pada 3 Mei 1481 kerana sakit gout sewaktu
dalam perjalanan jihad menuju pusat Imperium Romawi Barat di Roma,
Italia. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin
yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu'' setelah Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin
Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di ''Ain Al-Jalut"
melawan tentara Mongol).
Usaha Sultan dalam Menaklukan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah
satu Bandar termasyhur dunia. Bandar ini tercatat dalam tinta emas
sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika
meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara.
Bandar ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni
Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat
istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran
Bizantium. Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam juga telah beberapa
kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat
Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam
pada perang Khandaq.
Para khalifah dan pemimpin Islam pun
selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan
tahun 44 H di zaman Mu''awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu ''Anhu. Akan
tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman
Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha
diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk di zaman Khalifah
Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H,
usaha menawan Kostantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di
Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan
(455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos
(Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar
wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.
Awal kurun ke-8 hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan
bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi nafas baru kepada usaha umat Islam
untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat di zaman Sultan
Yildirim Bayazid saat dia mengepung bandar itu tahun 796 H/1393 M.
Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa
Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinople secara aman kepada umat
Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan
dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.
Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan
terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan
kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M)
untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha
berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama
terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur
benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan
Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad
Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.
Semenjak
kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya
menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang
pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan
keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika
beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan
menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan
Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia
dididik secara intensif oleh para ''ulama terulung di zamannya. Di zaman
ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma''il
Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad
II telah menghantar beberapa orang ''ulama untuk mengajar anaknya
sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia
menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk
memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.
Waktu
bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh
Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh
Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas
setelah itu dia terus menghafal Al-Qur''an dalam waktu yang singkat. Di
samping itu, Asy-Syeikh Aaq Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi
Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad
ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur''an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi
dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.
Syeikh Aaq Syamsudin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah
orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam di
dalam hadits pembukaan Kostantinopel.
Hari Jumat, 6 April 1453
M, Muhammad II bersama gurunya Syeikh Aaq Syamsudin, beserta tangan
kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke
Konstantinopel dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan
berbekal 250.000 ribu pasukan dan meriam -teknologi baru pada saat itu-
Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan
akan pesan Rasulullah Shallallahu ''Alaihi Wasallam terkait pentingnya
Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Muhammad II mengirim surat
kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota
secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang.
Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota dengan
dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani Giustiniani dari
Genoa.
Constantine XI
Setelah proses persiapan
yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota
Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M.
Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah
mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan
harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Dia juga
membacakan ayat-ayat Al-Qur''an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu
''Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua
memberikan semangat yang tinggi pada Bala tentera dan lantas mereka
menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa
Ta'ala.
Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit
ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari
sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari
arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan
pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus
masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai
besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol,
kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung
mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun
dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan
kepanikan kota, namun juga gagal.
Hingga akhirnya sebuah
ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu
pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah
dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan
kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya
dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn
(ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai
antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh
para sejarawan Barat sendiri).
Sultan Muhammad Al-Fatih pun
melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir
"Allahu Akbar, Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel
seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan
Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di
hadapan Allah Subhana Wa Ta''ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan
dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau
bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat
perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali
menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di
lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit
Yanisari.
Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk
mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di
peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan
bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya.
Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal
Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan
Pangeran Orkhan gugur di peperangan.Lihat Selengkapnya
Penaklukan Konstantinopel Oleh Muhammad Al-Fatih (1453 M)
7/25/2012 12:13:00 PM
joni arisandy
0 komentar:
Posting Komentar