English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta


 Studi Kasus Pengelolaan Limbah Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta

Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo mempunyai volume yang cukup besar tiap harinya. Selama ini pabrik membuang limbahnya dengan cara penumpukan (open dumping). Pabrik membeli sejumlah besar lahan kemudian langsung membuang limbahnya di tempat itu. Oleh masyarakat sekitar limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Sebelum blotong di buang,blotong tersebut dimasukan dalam oven dengan suhu 105˚ dalam kurun waktu 3 jam. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat ketika dibuang.
Kompos adalah bentuk dari bahan-bahan organik setelah mengalami pembusukan atau disebut pula dekomposisi. Pembusukan ini dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik dengan kelebihan dan kekurangannya (Pelatihan Usaha Daur Ulang Produksi Kompos dalam Paramita, 2002). Pengomposan berdasarkan kebutuhan oksigen diklasifikasikan menjadi pengomposan aerob dan pengomposan anaerob. Pengomposan aerob membutuhkan oksigen sehingga suhu optimum kompos dapat lebih cepat dicapai, sebaliknya pengomposan anaerob tidak membutuhkan oksigen sehingga suhu optimum susah dicapai, menimbulkan bau busuk, dan proses berlangsung lama. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
1. Pasokan unsur hara
2. Ukuran partikel
3. Kandungan air
4. Kekuatan struktural
5. Suhu
6. Aditif
7. Keasaman (pH), ukuran tumpukan

Dengan adanya metode tersebut maka jumlah limbah yang dihasilkan pabrik gula Madukismo sedikit berkurang, sehingga pencemaran lingkungan yang dihasilkan juga berkurang.
Namun yang menjadi permasalahn pabrik tersebut adalah tidak berani menginvestasikan uang untuk mengolah limbah secara teknologi yang lebih modern. Alasan pabrik tersebut tidak berani karna penghasilan yang di dapat tidak sebanding jika digunakan untuk membayar teknologi dalam memerbaiki masalah limbah tersebut.
Untuk memperbaiki masalah limbah cair, sebelum limbah keluar, suhunya akan diturunkan terlebih dahulu, sehingga ketika limbah dibuang ke sungai tidak akan mematikan ekosistem di dalam sungai tersebut, karena COD dan BOD nya sudah normal.
Selain keuntungan dari limbah padat, limbah cair pun mempunyi keuntungan. Seperti limbah cair yang dimanfaatkan petani untuk menyuburkan tanahnya yang memiliki sawah di sekitar pabrik gula tersebut.


0 komentar:

Posting Komentar