JUDUL : AYAT AYAT CINTA
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit Republika
Hal: ix + 418
Penasaran sekali dengan novel ini. Apa sih isinya? Dan seperti apa? Sampai
heboh dimana-mana.
Awal baca, aku sedikit menyalahkan beberapa orang yang meresensi. Masa seperti
ini novel sih? Kupikir malah terlalu banyak teori. Belum lagi istilah-istilah
asing yang sangat banyak. Semakin membaca, istilah asingnya semakin banyak, ada
Arab, Jerman dan Inggris hi..(kalau Inggris sih, dasar sayanya yang emang
minimal banget). Jadi kepikir kalau aku nulis istilah nihonggonya kebanyakan,
emang bener, bakalan banyak diprotes orang.
Tapi bukan berarti tidak menarik. Kurasakan perasaan yang sulit diungkapkan,
membaca di zaman seperti ini, ada orang yang haus ilmu. Mengaji pada seorang
ustadz. Dengan jarak puluhan kilometer, ditempuh dalam waktu tidak sebentar.
Sungguh, itu sebuah kabar yang jarang sekali kudengar. Biasanya adalah
menceriterakan kisah salafushsholih saat menuntut ilmu. Tapi ini dijaman
sekarang? Apalagi itu dilakukan dalam keadaan terik matahari musim panas di
Mesir yang mencapai 40 derajat lebih. Subhanalloh. Eh, aku justeru nangisnya di
sini. Di belakang-belakang saat adegan-adegan ‘novel’ kok malah ga keluar air
matanya ya? Menurutku sih kisah percintaannya biasa-biasa saja.
Ada juga saat menceriterakan mimpi Fahri saat bertemu dengan Ibnu Mas’ud.
Membuat perasaan saya ikut mengharu-biru.Tidak salah memang kalau novel ini
disebut novel penggugah jiwa.
Ada memang beberapa yang kulompat membacanya. Gimana ya, terlalu ilmiah yang
menuntut untuk berpikir. Tidak beda dengan membaca buku fiksi, dan yang pasti
karena nggak sabar dengan cerita yang dibilang orang-orang seru. Mana sih
adegan empat orang wanita yang mencintai Fahri ini?
Di pertengahan lebih buku itu, aku baru merasa membaca
novel. Adegan demi adegan mengalir bagus. Kisah Fahri yang ingin menikah,
kemudian ada perang batin di saat-saat memutuskan untuk menikah, karena ada
wanita lain.
Ada adegan-adegan sepasang pengantin baru disini. Kata
pengantarnya, jadi benar-benar seperti novel asmara (ah, apakah novel asmara
harus seperti itu??) Saya membayangkan bila belum nikah, baca itu rasanya
mungkin risih juga...
Selanjutnya ada adegan dalam penjara Mesir saat Fahri
dipenjara. Itu juga mengingatkan saat-saat para ulama dipenjara.
Tak jauh dari masalah keluarga dan wanita. Poligami. Dengan siapa?? Baca aja
sendiri he..Happy/sad ending yah novel ini? Akhir cerita memang syahdu, tapi
rasanya bukan sad ending. Karena setelah itu rasanya Fahri bahagia bersama
isterinya.
Akhirnya, buku ini (bukan novel he..) bisa dibaca oleh semua orang. Bagi yang
masih kurang menyukai novel, buku ini tidak melulu adegan-adegan kehidupan
seperti novel-novel pada umumnya. Banyak sekali ilmu di dalamnya. Dalam dunia
penulisan, seringkali dibilang kalau bisa jangan terlalu “ini ibu Budi” sekali
dalam menuliskan hikmah. Namun dalam buku ini tidak hanya “ini ibu Budi..”
bahkan banyak dalil-dalil didalamnya Mulai dari masalah pandangan wanita dalam
Islam, pergaulan dengan non muslim dan banyak lagi. Namun saya merasakan tidak
digurui. Mungkin karena dalam konteks ini malah justeru kelihatan ilmiah.
Dan bagi yang masih malas membaca buku-buku yang ilmiah,
buku ini juga cocok karena dipadukan dengan kisah yang sangat menawan.
Hemmm...intinya sih, saya puas baca buku ini.
Bagus.
0 komentar:
Posting Komentar