PEDOSFER
Lapisan
Pedosfer yang secara etomologis berasal dari kata Pedos berarti tanah dan sphaera berarti
lapisan-lapisan. Tanah terdiri atas empat lapisan yaitu lapisan tanah atas
(topsoil), lapisan tanah bawah (subsoil), lapisan batuan induk terlapuk (regalith),
dan lapisan batuan induk (bedrock). Tanah dapat diartikan media tumbuhnya
tanaman. Dengan meningkatnya pengetahuan manusia terhadap tanah maka ilmu tanah
menjadi ilmu yang sangat penting serta mengelompokkan ke bidang-bidang khusus,
seperti fisik tanah, kimia tanah, kesuburan tanah, dan pengawetan tanah. Salah
satu hal yang perlu dikhawatirkan pada masa kini dari tanah adalah adanya
degradasi lahan yang akan sangat berdampak pada kehidupan. Beberapa usaha untuk
mencegah dan menanggulangi lahan kritis yaitu dengan reboisasi, penghijauan,
dan pergiliran tanaman.
Proses
Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah diawali
dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses
pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap
ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah
(regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.
Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah. Nah, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
Curah hujan dan sinar matahari
berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua faktor tersebut merupakan
komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor pembentuk
tanah adalah iklim. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses
pembentukan tanah, yaitu organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
JENIS – JENIS TANAH
·
Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah
jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
·
Tanah Aluvial
Jenis
tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari
material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis
ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai
·
Tanah Regosol
Tanah
ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran
terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
·
Tanah
Litosol
Tanah
litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami
proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng
gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia.
·
Tanah
Latosol
Latosol
tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan
gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
·
Tanah
Grumusol
Jenis
ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid
atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
·
Tanah
Podsolik
Tanah
ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga
berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
Usaha
mengurangi erosi
1. Terasering, Yaitu menanam tanaman dengan system berteras-teras untuk
mencegah erosi tanah.
2. Contour Farming, yaitu
menanami lahan menurut garis kontur, sehingga perakaran dapat menahan tanah.
3. Pembuatan tanggul pasangan(guludan) untuk menahan hasilm
erosi.
4. Contour Plowing, yaitu
membajak searah garis contur sehingga terjadi alur-alur horizontal.
5. Contour Strip Cropping,
yaitu bercocok tanam dengan cara membagi bidang tanah itu dengan bentuk sempit
dan memanjang dengan mengikuti garis kontur sehingga bentuknya berbelok-belok.
Masing–masing ditanami tanaman yang berbeda-beda jenisnya secara berselang-seling
(tumpang sari).
6. Crop Rotation, yaitu
usaha pergantian jenis tanaman supaya tanah tidak kehabisan salah satu unsur
hara akibat diisap terus oleh salah satu jenis tanaman
7. Reboisasi, menanami
kembali hutan- hutan yang gundul.
Penyebab
Erosi Tanah
- Tanah gundul atau tidak ada tanamannya;
- Tanah miring tidak dibuat teras–teras dan guludan
sebagai penyangga air dan tanah yang lurus;
- Tanah tidak dibuat tanggul pasangan sebagai penahan
erosi;
- Pada tanah di kawasan hutan rusak karena pohon–pohon
ditebang secara liar sehingga hutan menjadi gundul;
- Pada permukaan tanah yang berlumpur digunakan untuk
pengembalaan liar sehingga tanah atas semakin rusak
Nama : Kuswatun Kasanah
Kelas : X6
No : 15
0 komentar:
Posting Komentar