English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Laporan Praktikum Biologi "Pengaruh Bakteri Acetobacter xylinum terhadap pembuatan nata de cassava"


LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI
PENGARUH BAKTERI
ACETOBACTER XYLINUM
TERHADAP PEMBUATAN NATA DE CASSAVA


Di susun oleh :
1.                        Dwi Ratna Ningrum                (X3/08)
2.                        Irma Juwita                             (X3/14)
3.                        Nafi`atul Latifah                      (X3/19)
4.                        Parsad Amalia Ulhusna           (X3/25)
5.                         Septa Ika Ratnasari                (X3/30)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 JETIS
BANTUL YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Nata adalah suatu produk olahan makanan yang berupa padatan yang kenyal (jelly) yang berasal dari endapan yang disaringkan. Bahan baku yang seringdigunakan dalam pembuatan nata  adalah air kelapa yang hasilnya menjadi Nata de Coco.
Di daerah yang kompleks dengan petani singkong/ketela pohon, banyak di antara para petani tersebut yang belum bisa memanfaatkan limbah hasil pengolahan ketela pohon dengan baik. Meskipun telah diolah dengan sedemikian rupa,tetapi agaknya  masih meninggalkan sisa. Contohnya limbah air ketela pohon yang telah diambil patinya untuk dibuat mie atau abangan. Namun, ada pula yang telah memanfaatkan limbah air ketela pohon tersebut menjadi produk yang berserat dan bergizi yaitu Nata de Cassava.
Nata de Cassava adalah salah satu kreasi dari hasil olahan Nata/ produk Nata. Nata de Cassava adalah Nata yang dihasilkan dari limbah padat ketela pohon. Dengan menggunakan singkong sebagai bahan utamanya, maka dapat meningkatkan kegunaan limbah padat (ampas) singkong yang biasanya digunakan sebagai pakan ternak menjadi suatu produk olahan yang bernilai gizi tinggi dan juga bernilai jual tinggi. Dengan menggunakan bahan baku singkong ini, maka para perajin singkong dapat meningkatkan penghasilannya dengan cara memanfaatkan limbah padatnya menjadi sesuatu yang lebih berharga. Air singkong dapat menjadi bahan alternatif pengganti air kelapa yang sekarang ini jumlahnya terbatas dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar Nata.Proses pembuatan Nata de Cassava tergolong cukup mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar.
Nata de Cassava merupakan inovasi baru produk makanan berserat menyerupai nata de coco berbahan baku singkong. Kandungan serat dalam Nata de Cassava menyehatkan dan melancarkan pencernaan. Produk ini biasanya dimanfaatkan sebagai tambahan dalam produk minuman.




B.      RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dari penelitian kami adalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana cara pembuatan Nata de Cassava ?
b.      Di manakah letak penggunaan bakteri Acetobacter Xylinum di dalam pembuatan Nata de Cassava ?

C.      TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian kami adalah sebagai berikut :
a.       Mengetahui cara pembuatan Nata de Cassava.
b.      Mengetahui letak penggunaan bakteri Acetobacter Xylinum di dalam pembuatan Nata de Cassava.

D.      MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian kami adalah sebagai berikut :
a.       Menambah wawasan siswa mengenai produk olahan limbah air ketela pohon yaitu Nata de Cassava dan penggunaan bakteri Acetobacter Xylinum di dalamnya.
b.      Memberikan informasi kepada masyarakat sekitar bahwa limbah air ketela pohon dapat diolah menjadi produk makanan yang berserat tinggi dan juga bergizi tinggi.









BAB II
                                                          KAJIAN PUSTAKA              
A.      KAJIAN TEORI
Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton) dari total dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun (Bigcassava.com, 2007).
Salah satu jenis industri yang cukup banyak menghasilkan limbah adalah pabrik pengolahan tepung tapioka (tepung singkong). Dari proses pengolahan singkong menjadi tepung tapioka, dihasilkan limbah sekitar 2/3 bagian atau sekitar 75% dari bahan mentahnya. Limbah ini biasa disebut onggok. Warga sekitar pabrik tapioka sangat akrab dengan bahan yang bernama onggok dan tahu persis sedahsyat apa baunya. Dalam keadaan kering sekalipun, onggok sudah mengeluarkan bau tak sedap, apalagi dalam keadaan basah saat musim hujan. Tidak mengherankan bila sering terdengar keluhan para penduduk sekitar pabrik pengolahan tepung tapioka seperti didaerah Mesuji, Menggala, Way Jepara (Lampung), atau di sekitar Tayu (Pati), dan di Tasikmalaya (Jawa Barat).
Onggok merupakan limbah atau hasil samping proses pembuatan tapioka ubi kayu. Ketersediaannya terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Hal ini diindikasikan dengan semakin luas areal penanaman dan produksi ubi kayu. Luas areal tanaman meningkat dari 1,3 juta hektar dengan produksi 13,3 juta ton pada tahun 1990 menjadi 1,8 juta hektar dengan produksi 19,4 juta ton pada tahun 1995 (BPS, 1996). Dilaporkan pula bahwa onggok tersebut memiliki potensi sebagai polutan di daerah sekitar pabrik.Penggunaan onggok dalam penyusunan pakan ternak sangat terbatas, padahal kandungan serat kasar yang tinggi (lebih dari 35%).
Berdasarkan kontribusi terhadap produksi nasional terdapat sepuluh propinsi utama penghasil singkong yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Sumatera Selatan dan Yogyakarta yang menyumbang sebesar 89,47 % dari produksi Nasional sedangkan produksi propinsi lainnya sekitar 11-12 % . Di Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Gunung Kidul dari tahun 1998 sampai dengan 2005 mengalami fluktuasi produktivitas anatar 127 kw/ha sampai 174 kw/ha dan produksi tertinggi sebesar 812.321 ton. (Martono dan Sasongko, 2007).
Kandungan Nutrisi pada Ubi Kayu ( per 100 gram )
Kalori 146 kalAir 62,5 gramPhosphor 40 mg
Karbohidrat 34 gramKalsium 33 mgVitamin C 30 mg
Protein 1,2 gramBesi 0,7 mgLemak 0,3 gram
Vitamin B1 0,06 mgBerat dapat dimakan 75 gram
a.       Teknik Budidaya
Bibit sering disebut biang/starter. Seperti halnya membuat tempe, bahan baku kedelai harus ditambahkan biang/usar/ragi agar menjadi tempe. Pembuatan bibit nata de cassava tidak jauh berbeda dengan pembuatan tempe. Prinsipnya adalah menambahkan bibit/biang pada media dan bibit akan tumbuh pada media tersebut.
Produk nata merupakan produk fermentasi yang memanfaatkan keberadaan mikrobia dalam proses produksinya. Mikrobia yang digunakan adalah bakteri nata (Acetobacter Xylinum). Ketangguhan bakteri nata dalam proses fermentasi merupakan salah satu faktor untuk menghasilkan nata dengan ketebalan yang optimal. Pada dasarnya bakteri merupakan makhluk hidup yang membutuhkan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya dan faktor lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri nata.
Media pertumbuhan yang digunakan untuk membuat bibit adalah air kelapa, agar bakteri tumbuh dengan optimal maka perlu adanya penambahan gula sebagai sumber karbon dan sedikit ZA untuk memenuhi kebutuhan sumber N bagi tubuh bakteri. Oleh bakteri, bahan-bahan tersebut akan dicerna dan diproses untuk pertumbuhan bakteri. Ada satu faktor mendasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan bibit nata de cassava yaitu kandungan asam dalam bahan. Karena kondisi asam disini dibutuhkan agar bakteri membentuk selimut perlindungan diri. Selimut ini berupa benang-benang/fibril yang disusun membentuk suatu lapisan/selulosa.
Lapisan ini disebut lembaran nata. Asam dapat diperoleh secara alami tanpa harus menambahkan asam cuka, yaitu dengan mendiamkan air kelapa untuk beberapa saat sesuai dengan kadar asam yang dibutuhkan yaitu keasaman dengan pH 3-4. Pembuatan bibit nata de cassava dan produk lembaran nata de cassava prinsipnya adalah sama yaitu menggunakan media yang telah ditambahkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan nata namun untuk pembuatan bibit, media dituangkan ke botol sedangkan untuk membuat lembaran produk nata menggunakan nampan sebagaipencetaknya.
Bakteri nata adalah bakteri aerob fakultatif yang membutuhkan oksigen untuk tumbuh sehingga lembaran nata akan tumbuh dipermukaan media. Karena nampan tidak setinggi botol maka cairan/media akan menebal membentuk lapisan nata semuanya, sedangkan media yang dituang di botol, karena botol tinggi maka yang akan membentuk nata hanya di bagian permukaan saja sedangkan cairan di bawah lapisan nata dapat digunakan sebagai bibit baru. (ArdianZzZ, 2010).
b.      Proses produksi
Nata de Cassava dibuat dengan fermentasi bertingkat secara mikrobiologis. Bahan baku yang digunakan dapat berupa ketela, limbah padat maupun limbah cair. Pada limbah cair untuk pembuatan nata dapat langsung ditambahkan sedikit gula dan stater Acetobacter xylinumkarena sudah mengandung gula (glukosa). Sedangkan untuk limbah padat difermentasi terlebih dahulu dengan Kapang dan khamir selama 3 hari untuk menghidrolisis pati pada onggok menjadi molekul lebih sederhana berupa gula yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan nata oleh Acetobacter xylinum.
Larutan yang telah mengandung kadar gula 5-7% sudah dapat digunakan untuk fermentasi lebih lanjut menjadi nata de cassava selama 7 hari. Proses pembuatan nata de cassava membutuhkan waktu yang lebih lama yaitu 8 hari karena dibutuhkan waktu 1 hari untuk membuat air kelapa dari singkong dan 7 hari untuk proses fermentasi. (natadecassava.wordpress.com, 2008).
Cara pengolahan nata de cassava sebenarnya tak sulit. Hanya saja, pengolahannya butuh proses selama tujuh hari. Hari pertama, limbah cair tapioka direbus bersama dengan ampas singkong. Hari kedua, rebusan tersebut disaring lalu dituang dalam nampan. Hari ketiga, bibit nata dicampurkan ke dalamnya. Cairan fermentasi tersebut akan menjadi nata pada hari kelima atau ketujuh. (kontan weekend.com, 2009)
Untuk penyajian Setelah nata dipotong-potong kecil sebaiknya direbus dua kali dengan air yang berbeda. Tujuannya agar nata benar-benar bersih dan bau bibit natanya hilang. Setelah itu, nata bisa segera direbus dengan air gula atau dicampur dengan air sirop.


c.       Kelebihan dan Kekurangan Nata De Cassava
Nata de Cassava, demikian nama yang mereka berikan terhadap nata berbahan dasar onggok ini, juga memiliki beberapa kelebihan lain. Pertama, prospek bisnisnya lebih bagus ketimbang nata yang terbuat dari berbagai bahan baku lain. Sebab, Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbanyak ketiga di dunia setelah Brasil dan Thailand, dengan kapasitas produksi 13,3 juta ton/tahun. Dengan demikian, bahan baku tersedia secara melimpah dan murah.
Kedua, onggok yang selama ini hanya digunakan sebagai pakan ternak, bahkan limbah cairnya mendatangkan dampak yang merugikan bagi lingkungan, dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga memberi nilai tambah baik dari segi ekonomis maupun lingkungan.
Ketiga, nata dari onggok cuma mampu bertahan seminggu setelah dipanen. Tapi, bila disimpan dalam larutan gula, masa kadaluarsanya dapat diperpanjang.
Keempat, Nata de Cassava memiliki citarasa yang mirip dengan Nata de Coco, sehingga masa pengenalan produk tersebut di pasaran akan lebih cepat. Bahkan Nata de cassava lebih kenyal, tebal, dan putih. Selain itu, juga dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan-perusahaan berbasis nata untuk bekerja sama.
Kelima, Nata de cassava lebih kenyal karena kandungan serat/selulosa yang lebih tinggi (dibuktikan dengan hasil uji laboratorium). (Russanti Lubis, 2009)
Selain memilik kelebihan yang begitu banyak, nata de cassava juga memiliki beberapa kekurangan yaitu: Nata de cassava membutuhkan biaya bahan bakar yang lebih tinggi daripadanata de coco karena nata de cassava harus direbus 2x. Rebusan pertama untuk membuat air kelapa dari singkong dan rebusan kedua dengan penambahan Za (1 liter air singkong diberi 2 gram Za) untuk membuat media nata de cassava. (Ardianzzz, 2010)
Kendala usaha ini adalah musim hujan, jika tidak telaten menyelimuti bahan fermentasi, akan tumbuh jamur yang merusak produk. Paling bagus, fermentasi disimpan dalam suhu 30º-31º Celsius. (Kontan weekend.com, 2009)
http://miebie.blog.friendster.com/2010/06/nata-de-cassava/


B.      RUMUSAN HIPOTESIS
Cara pembuatan Nata de Cassava membutuhkan proses selama tujuh hari. Hari pertama, limbah cair tapioka direbus bersama dengan ampas singkong. Hari kedua, rebusan tersebut disaring lalu dituang dalam nampan. Hari ketiga, bibit nata dicampurkan ke dalamnya. Cairan fermentasi tersebut akan menjadi nata pada hari kelima atau ketujuh.
Bakteri Acetobacter Xylinum digunakan di dalam pembuatan Nata de Cassava dengan mencampurkannya ke dalam nampan yang telah terisi cairan fermentasi tersebut sehari sesudah rebusan limbah cairan tapioka dituang ke dalam nampan.

















BAB III
METODE PENELITIAN
A.      Variable dan Devinisi Operasional Variable

a.       Variable Bebas
Adalah variable yang sengaja dibuat berbeda (tidak sama) oleh peneliti.
b.      Operasional Variable
Dalam penelitian kami ini variable bebas yang dipakai adalah peletakan bakteri Acetobacter Xylinum.Jadi pada cairan pertama peletakan bakteri langsung setelah cairan dituangkan ke dalam nampan dan pada cairan kedua peletakan bakteri sehari sesudah cairan dituangkan ke dalam nampan.
c.       Variable Terikat
Adalah variable yang terjadi akibat perlakuan variable bebas.
d.      Operasional Variable
Dalam penelitian kami ini variable terikatnya adalah jadi dan tidaknya nata de cassava. Jadi perbandinganjadi dan tidaknya nata de cassava pada perbedaan peletakan bakteri menjadi variable terikat.

B.      Bentuk Penelitian
a.       Cairan Pertama :
Peletakan bakteri langsung setelah cairan mendidih dan telah dituangkan ke dalam nampan.
b.      Cairan Kedua :
Peletakan bakteri membutuhkan waktu sehari setelah cairan dituangkan ke dalam nampan.

C.      Sasaran Penelitian (Populasi dan Sample)

a.       Populasi : Semua Nata de Cassava.
b.      Sample   : Satu nampan Nata de Cassava.

D.      Alat dan Bahan

a.       Alat :
·         Tungku kayu
·         Panci ukuran besar
·         Pengaduk Stainless
·         Gelas Ukur
·         Nampan
·         Koran
·         Karet
·         Ember
·         Gunting
·         Kain Kassa (Saringan Halus) dan saringan plastik
b.      Bahan :
·         Sari ketela pohon (kaspo)
·         Ampas ketela yang sudah diambil sarinya
·         Stater yang telah di proses sebelumnya
·         Zat ZA / Urea
·         Gula

E.       Prosedur Pelaksaan Penelitian (Cara Kerja)
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menuangkan sari singkong ke dalam panci perebusan. Lalu melakukan penyaringan untuk membuang kotoran.Kemudian rebus sari singkong sampai mendidih. Buang busa yang terbentuk selama pemanasan dengan saringan plastik.
Setelah sari singkong mendidih, langkah berikutnya adalah memasukkan bahan-bahan peramu (zat ZA dan  gula) kemudian aduk sampai larut. Setelah itu ramuan harus direbus kembali sampai mendidih.
Langkah ketiga adalah memasukkan ramuan ke dalam nampan (dengan bantuan gelas ukur plastic) sebanyak 1000 ml. Pengisian ramuan di lakukan di ruang fermentasi dan dilakukan dengan secepat mungkin (masih panas) untuk menghindari masuknya mikroba yang tidak diharapkan.Selanjutnya menutup nampan dengan kertas koran di permukaannya.Kemudian mengIkatnya dengan karet.
Langkah berikutnya menyimpannya  selama 7 jam sampai media di dalam nampan dingin (bersuhu ruangan). Lalu membuka tutup koran selebar mulut botol dan memasukkan sebanyak 120 ml cairan bibit.Nampan yang telah diinokulasi dengan bibit kemudian di fermentasi. Ruang fermentasi tidak terkena sinar matahari langsung dan suhu ruang 28⁰-32⁰c.
Pemanenan dilakukan setelah fermentasi 8 hari dan kemudian memisahan nata dari nampan.

F.       Rencana Analisis Data (Deskripsi)
Pada penelitian kali ini, kami akan menyediakan dua buah sample. Sample pertama Nata de Cassava tidak terbentuk (tidak jadi). Dengan ciri sebagai berikut :
1.       Hasil Nata tidak padat (cair)
2.       Penuh dengan jamur dan berwarna kecoklatan
3.       Terdapat lembaran tipis di bagian permukaan nata
Sedangkan pada sample kedua Nata de Cassava terbentuk sempurna. Dengan ciri sebagai berikut :
1.       Hasil Nata padat dan kenyal
2.       Bersih dari jamur dan berwarna putih
3.       Tidak terdapat lembaran tipis karena telah menjadi padat

G.     Jadwal Penelitian

Nama Kegiatan
Tanggal Pelaksanaan
19/11
21/11
22/11
28/11
12/12
13/12
14/12
Menyusun Proposal
x






Merebus Bahan

x





Memberi Starter


x




Analisis Data



x



Menulis Laporan




x
x
x

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A.      Deskripsi  Data (Table Pengamatan)
Sample Nata Pertama
Sample Nata Kedua
Nata berupa cairan
Nata berupa padat dan kenyal
Terdapat jamur
Bersih dari jamur
Terdapat lembaran tipis
Tidak ada lembaran tipis
Warna coklat
Warna putih

B.      Pembahasan

a.      Sample Nata Pertama
Kami mengambil sample Nata pertama sesuai dengan data, yaitu hasil Nata tidak padat (cair), seluruh permukaan nampan dipenuhi dengan jamur, terdapat lembaran tipis di bagian permukaan Nata karena adonan tidak terbentuk sempurna, dan berwarna kecoklatan. Hal ini dikarenakan oleh pemberian starter yang langsung dituangkan setelah adonan mendidih. Maka dapat dipastikan bahwa Nata de Cassava  tersebut tidak jadi atau gagal diproduksi.
b.      Sample Nata Kedua
Kami mengambil sample Nata kedua sesuai dengan data, yaitu hasil Nata padat dan kenyal, bersih dari jamur, tidak terdapat lembaran tipis di permukaaan Nata karena semua adonan telah menjadi padat, dan berwarna putih . Karena pemberian starter ke dalam adonan tidak langsung atau setelah didiamkan selama satu hari, maka dapat dipastikan bahwa Nata de Cassava tersebut terbentuk sempurna atau berhasil diproduksi.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Dari penelitian kami ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa cara pembuatan Nata de Cassava sangatlah mudah. Namun dalam pelaksanaannya harus teliti dalam bahan dan ukuran bahan. Selain itu, masyarakat juga lebih tahu bahwa limbah ketela pohon yang berbau busuk dapat menjadi makanan yang mengandung banyak serat dan layak konsumsi.
Kemudian waktu pemberian bakteri Acetobacter Xylinum juga berpengaruh terhadap berhasil tidaknya sebuah pembuatan Nata de Cassava. Yaitu setelah didiamkan selama satu hari setelah penuangan adonan ke dalam nampan.

B.      Saran
Pada penelitian ini diperlukan ketelitian dalam melakukannya, karena jika ada salah satu cara kerja yang tidak dilakukan dengan baik maka dapat menimbulkan kegagalan dalam pembuatan Nata de Cassava tersebut. Selain cara kerja, hal lain yang membutuhkan ketelitian adalah ketika proses pencampuran bahan. Yaitu perbandingan dari limbah dan ampas ketela pohon.
Kesabaran juga diperlukan ketika proses perebusan bahan, karena proses perebusan bisa memakan waktu maksimal satu hari. Takaran atau ukuran dari adonan yang akan dimasukkan ke dalam nampan juga harus sesuai. Setelahnya, adonan yang telah dimasukkan ke dalam nampan harus dijaga dari air, minyak dan udara luar nampan yang telah terkontaminasi bakteri. Karena hal tersebut dapat menyebabkan kegagalan terhadap pembuatan Nata de Cassava.






DAFTAR PUSTAKA

(Bigcassava.com, 2007)
(Martono dan Sasongko, 2007)
 (natadecassava.wordpress.com, 2008)
 (kontan weekend.com, 2009)
(Russanti Lubis, 2009)
(ArdianZzZ, 2010)











LAMPIRAN


Nata de Cassava berhasil diproduksi

Nata de Cassava gagal diproduksi

Proses pelepasan Nata dari nampan


2 komentar:

RUTH MAY ROSELIN TOBING mengatakan...

laporan ini buatan anda atau dapat dari posting orang lain? bolehkah saya bertanya, kapan praktikum ini dilakukan? pada Bab materi apa kelas berapa dan semester berapa?
trima kasih ya:)

joni arisandy mengatakan...

ini milik teman saya ,waktu itu saat kelas X tempatnya berada di pundong,kebetulan saya beda tempat penelitiannya :)

Posting Komentar