SITTI NURBAYA
(Kasih Tak Sampai)
Pengarang : Marah Rusli (7 Agustus
1889-17 Januari 1968)
Penerbit : Balai Pustaka
Sutan
Mahmud Syah termasuk salah seorang bangsawan yang cukup terkenal di Padang.
Penghulu yang sangat disegani dan dihormati penduduk disekitarnya itu,
mempunyai putra bernama Samsulbahri, anak tunggal yang berbudi dan berprilaku
baik. Bersebelahan dengan rumah Sutan Mahmud Syah, tinggal seorang Saudagar
kaya bernama Baginda Sulaiman. Putrinya, Sitti Nurbaya, juga merupakan anak
tunggal keluarga kaya-raya itu.
Sebagaimana
umumnya kehidupan bertetangga, hubungan antara keluarga Sutan Mahmud Syah dan
keluarga Baginda Sulaiman, berjalan dengan baik. Begitu pula hubungan
Samsulbahri dan Sitti Nurbaya. Sejak anak-anak sampai usia mereka menginjak
remaja, persahabatan mereka makin erat. Apalagi, keduanya belajar di sekolah
yang sama. Hubungan kedua remaja itu berkembang menjadi hubungan cinta.
Perasaan tersebut baru mereka sadari ketika Samsulbahri akan berangkat ke
Jakarta untuk melanjutkan sekolahnya.
Sementara
itu, Datuk Meringgih, salah seorang saudagar kaya di Padang, berusaha untuk
menjatuhkan kedudukan Baginda Sulaiman. Ia menganggap Baginda Sulaiman sebagai
saingannya yang harus disingkirkan, di samping rasa iri hatinya melihat harta
kekayaan ayah Sitti Nurbaya itu. “Aku sesungguhnya tidak senang melihat
perniagan Baginda Sulaiman, makin hari makin bertambah maju, sehingga berani ia
bersaing dengan aku. Oleh sebab itu, hendaklah ia dijatuhkan,” demikian Datuk
Meringgih berkata (hlm. 92). Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk membakar
dan menghancurkan bangunan, took-toko, dan semua harta kekayaan Baginda
Sulaiman.
Akal
busuk Datuk Meringgih berhasil. Baginda Sulaiman kini jatuh miskin. Namun,
sejauh itu, ia belum menyadari bahwa sesungguhnya, kejatuhannya akibat
perbuatan licik Datuk Meringgih. Oleh karena itu, tanpa prasangka apa-apa, ia
meminjam uang kepada orang yang sebenarnya akan mencelakakan Baginda Sulaiman.
Bagi
Datuk Meringgih kedatangan Baginda Sulaiman itu ibarat “Pucuk dicinta ulam
tiba”, karena memang hal itulah yang diharapkannya. Rentenir kikir yang tamak
dan licik itu, kemudian meminjamkan uang kepada Baginda Sulaiman dengan syarat
harus dapat dilunasi dalam waktu tiga bulan. Pada saat yang telah ditetapkan,
Datuk Meringgih pun dating menagih janji.
Malang
bagi Baginda Sulaiman. Ia tak dapat melunasi utangnya. Tentu saja Datuk
Meringgih tidak mau rugi. Tanpa belas kasihan, ia akan mengancam akan
memenjarakan Baginda Sulaiman jika utangnya tidak segera dilunasi, kecuali
apabila Sitti Nurbaya diserahkan untuk dijadikan istri mudanya.
Baginda
Sulaiman tentu saja tidak mau putrid tunggalnya menjadi korban lelaki hidung
belang itu walaupun sbenarnya ia tak dapat berbuat apa-apa. Maka, ketika ia
sadar bahwa dirinya tak sanggup untuk membayar utangnya, ia pasrah saja
digiring polisi dan siap menjalsni hukuman. Pada saat itulah, Sitti Nurbaya
keluar dari kamarnya dan menyatakan bersedia menjadi istri Datuk Meringgih
asalkan ayahnya tidak dipenjarakan. Suatu putusan yang kelak akan menceburkan
Sitti Nurbaya pada penderitaan yang berkepanjangan.
Samsulbahri,
mendengar peristiwa yang menimpa diri kekasihnya itu lewat surat Sitti Nurbaya,
juga ikut prihatin. Cintanya kepada Sitti Nurbaya tidak mudah begitu saja ia
lupakan. Oleh karena itu, ketika liburan, ia pulang ke Padang, dan menyempatkan
diri menengok Baginda Sulaiman yang sedang sakit. Kebetulan pula, Sitti Nurbaya
pada saat yang sama sedang menjenguk ayahnya. Tanpa sengaja, keduanya pun
bertemu lalu saling menceritakan pengalaman masing-masing.
Ketika
mereka sedang asyik mengobrol, datanglah Datuk Meringgih. Sifat Meringgih yang
culas dan selalu berprasangka itu, tentu saja menyangka kedua orang itu telah
melakukan perbuatan yang tidak pantas. Samsulbahri yang tidak merasa tidak
melakukan hal yang tidak patut, berusaha membela diri dari tuduhan keji itu.
Pertengkaran pun tak dapat dihindarkan.
Pada
saat pertengkaran terjadi, ayah Sitti Nurbaya berusaha datang ke tempat
kejadian. Namun, karena kondisinya yang kurang sehat, ia jatuh dari tangga
hingga menemui ajalnya.
Ternyata
ekor perkelahian itu tak hanya sampai di situ. Ayah Samsulbahri yang merasa
maluatas tuduhan yang ditimpakan kepada anaknya, kemudian mengusir Samsulbahri.
Pemuda itu terpaksa kembali ke Jakarta. Sementara Sitti Nurbaya, sejak ayahnya
meninggal merasa dirinya telah bebas dan tidak perlu lagi tunduk dan patuh
kepada Datuk Meringgih. Sejak saat itu ia tinggal menumpang bersama salah
seorang familinya yang bernama Aminah.
Sekali
waktu, Sitti Nurbaya bermaksud menyusul kekasihnya ke Jakarta. Namun, akibat
tipu muslihat dan akal licik Datuk Meringgih yang menuduhnya telah mencuri
harta perhiasan bekas suaminya itu, Sitti Nurbaya terpaksa kembali ke Padang.
Oleh karena Sitti Nurbaya tidak bersalah, akhirnya ia bebas dari tuduhan.
Namun, Datuk Meringgih masih juga belum puas. Ia kemudian menyuruh seseorang
untuk meracun Sitti Nurbaya. Kali ini, perbuatannya berhasil. Sitti Nurbaya
meninggal karena keracunan.
Rupanya,
berita kematian Sitti Nurbaya membuat sedih ibu Samsulbahri. Ia kemudian jatuh
sakit, dan tidak berapa lama kemudian meninggal dunia.Berita kematian Sitti
Nurbaya dan ibu Samsulbahri, sampai juga ke Jakarta. Samsulbahri yang merasa
amat berduka, mula-mula mencoba bunuh diri. Beruntung, temannya, Arifin, dapat
menggagalkan tindakan nekat Samsulbahri. Namun, lain lagi berita yang sampai ke
Padang. Di kota ini, Samsulbahri dikabarkan telah meninggal dunia.
Sepuluh
tahun berlalu. Samsulbahri kini telah menjadi serdadu kompeni dengan pangkat
letnan. Ia juga sekarang lebih dikenal dengan nama Letnan Mas. Sebenarnya, ia
menjadi serdadu kompeni bukan karena ia ingin mengabdi kepada kompeni,
melainkan terdorong oleh rasa frustasinya mendengar orang-orang yang
dicintainya telah meninggal. Oleh karena itu, ia sempat bimbang juga ketika
mendapat tugas harus memimpin pasukannya memadamkan pemberontakan yang terjadi
di Padang. Bagaimanapun, ia tak dapat begitu saja melupakan tanah leluhurnya
itu. Ternyata pemberontakan yang terjadi di Padang itu didalangi oleh Datuk
Meringgih.
Dalam
pertempuran me;awan pemberontak itu, Letnan Mas mendapat perlawanan cukup
sengit. Namun, akhirnya ia berhasil menumpasnya, termasuk juga menembak Datuk
Meringgih, hingga dalang pemberontak itu tewas. Namun, Letnan Mas luka parah
terkena sabetan pedang Datuk Meringgih.
Rupanya,
kepala Letnan Mas yang terluka itu, cukup parah. Ia terpaksa dirawat dirumah
sakit. Pada saat itulah timbul keinginan Letnan Mas untuk berjumpa dengan
ayahnya. Ternyata, pertemuan yang mengharukan antara “Si anak yang hilang” dan
ayahnya itu merupakan pertemuan terakhir sekaligus akhir hayat kedua orang itu.
Oleh karena setelah Letnan Mas menyatakan bahwa ia Samsulbahri, ia mengembuskan
napas di depan ayahnya sendiri. Adapun Sutan Mahmud Syah, begitu tahu bahwa
Samsulbahri yang dikiranya telah meninggal beberapa tahun lamanya tiba-tiba
kini tergolek kaku menjadi mayat akhirnya pun meninggal dunia pada keesokan
harinya.
IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
1.Penokohan:
Karakter dan sifat Tokoh-tokoh pada
Novel:
Ø
Siti
Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Ø
Samsulbahri
: baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Ø
Baginda
Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela mengorbankan anaknya demi
membayar hutang.
Ø
Sultan
Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan terlanjur terburu-buru dalam
membuat keputusan.
Ø
Datuk
Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat, biang masalah.
2.Latar (Setting)
Ø
Latar
Tempat
Latar tempat dalam Novel: Di kota Padang
dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
Ø
Latar
Waktu
Latar Waktu dalam Novel: pada masa
dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih
bobrok.
3.Alur
(Plot)
-mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti
Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih
kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak
saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda
Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang
terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari
seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising
action): Samsulbahri
mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi
kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk
Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih
lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia,
Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan
ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di
Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti
Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami
keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
- pemecahan masalah/ penyelesaian
(denouement): setelah
membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya tewas tanpa mendapatkan
gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias Letnan Mas segera
dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang ajalnya, ia meminta
dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu merenggut sebelum
Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti Nurbaya yang telah
mendahuluinya.)
4.Sudut
Pandang (Point of View)
Ø
Sudut
Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
5.Gaya
Bahasa
Ø
Gaya
Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel ini adalah Melayu.
6.Tema
Ø
Tema
Novel: Tema Novelnya adalah kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang
anak manusia yaitu Siti Nurbaya dan Samsulbahri.
7.Amanat
Amanat yang terkandung dalam Novel:
Ø
Demi
orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia mengorbankan apa saja
meskipun ia tahupengorbanannya dapat merugikan dirinya sendiri. Lebih-lebih
pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
Ø
Bila
asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra tak akan mampu menghalangi
jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak akan padam sampai mati.
Ø
Bagaimanapun
juga praktek lintah darat merupakan sumber malapetaka bagi kehidupan keluarga.
Ø
Menjadi
orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak memutuskan suatu persoalan hanya
untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga mungkin berakibat penyesalan yang
tak terhingga.
Ø
Dan
kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
Ø
Akhir
dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati jangan dijadikan akhir dari
persoalan hidup.
Nama : Joni Arisandi
Kelas : XII IPA3
No :
18
12 komentar:
makasih ya! lagi perlu banget banget banget
hahhah ^.^v
iya sama sama semoga bermanfaat.....
keren bngt...
makasihh :)
kak ijin copas buat tugas yaa, keren bangett :DD
@Little Twins Star oke semoga bermanfaat :)
@Little Twins Star oke gpp semoga bermanfaat :)
lengkapp bangetzz,,... makacieh ea,...
semoga bermanfaat :)
Siti Nurbaya wujud perbedaan adat dan budaya
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/10/kalimat-tanya-les-phrases.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/11/keluarga-la-famille-dalam-bahasa.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/10/kalimat-perintah-imparatif-dalam-bahasa.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/09/kata-kerja-verb-dalam-bahasa-perancis.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/09/belajar-bahasa-portugis.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/12/di-restoran-au-restaurant-dalam-bahasa.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2016/10/perbandingan-la-comparaison-dalam.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2017/05/salam-dan-ungkapan-dalam-bahasa-swahili.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2017/05/nomina-berakhiran-ion-dalam-bahasa.html
http://www.belajarbahasaasing.com/2017/05/bilanganangka-dalam-bahasa-azeri.html
Posting Komentar